Me, My Self, and I :D encircling the globe with my trusty D70, one step at a time.. Been so far:France,Belgium, Netherlands, Malaysia, Singapore, Japan, Thailand, German, USA Where To Next?

Thursday, January 27, 2005

hasil wawancara sementara :
Indro sang filsuf.


Siapa sih yang gak kenal dengan indro? Apalagi kalo yang disebut Indro Warkop, pasti pikiran kita udah ke satu orang, dan satu orang doang. Seorang pria dengan tubuh kekar, pernah berambut gondrong, sekarang sih ampir botak, memakai tato, gelang, anting, segala macam pernak pernih pernah tinggal di tubuhnya, penggemar berat harley dan jip, seorang pramuka, dan terlebih seorang muslim yang tidak hanya menjalani agamanya tetapi juga meyakininya, yang terkenal dengan grup warkopnya. Om Indro, begitu kami menyebutnya, berhasil kami temui di rumahnya di pulomas. Sore tanggal 26 Januari 2005, setelah sebelumnya berjanji untuk bertemu pada jam 17.00, kami akhirnya bertemu dengan om indro pada jam 16.50. semuanya bermula dengan agak canggung, akan tetapi, sebelum kami memulai, kami mulai agak tenang, mungkin pengaruh kejiwaan...


Bagaimanapun, akhirnya wawancara kami mulai. Entah mengapa, kami memulai dengan pertanyaan yang menyangkut dengan cita-cita, atau lebih tepatnya keinginan. Mungkin karena kami ingin mengenal lebih jauh sosok indro melalui masa lampaunya. Pertanyaan awal kami itu disambut dengan hangat oleh om indro, mulailah sebuah jawaban panjang. Pertanyaan kami mulai dijawab dengan perkataan, “saya tidak punya cita-cita, yang saya punya hanya keinginan”.


Kemudian ia mulai bercerita bahwa sewaktu dirinya masih kanak-kanak, ia memiliki keinginan untuk jadi anggota militer seperti bapaknya dan anggota keluarganya yang lain. Menurutnya, keinginannya untuk menjadi anggota militer terbentuk dari lingkungan keluarganya yang mayoritas militer. Selanjutnya, ia bercerita tentang aktifitasnya di kepramukaan.


Sebuah fakta yang, menurut kami, jarang diekspos oleh media massa. Menurutnya, kepramukaan sekarang dengan dulu sudah sangat berbeda. Dahulu, ketika ia megikuti kepramukaan di GugusDepan Jakarta Pusat 001, ia merasa bangga manjadi pramuka, dan ia merasa kumunitasnya mengakui keberadaannya, hingga pada suatu saat lebih lanjut dalam wawancara ini, ia bercerita tentang bagaimana ia bisa menyelamatkan anaknya dengan kemampuan yang ia dapat ketika mengikuti kepramukaan. Rasanya kurang pantas apabila kami harus menceritakan kejadian itu disini, akan tetapi pada intinya, kami dapat merasakkan bagaimana kepramukaan membentuk kepribadian seorang Indro. Hal ini pada saatnya akan kami bahas lebih lanjut, akan tetapi, mari sekarang kita melanjutkan tetang keinginan om Indro yang berubah...


Menanjak dewasa, om Indro terus mencari keinginan nya. Hingga satu saat, ia merasa bahwa masyarakat gak patut di pimpin oleh orang militer, dan bahwa hal itu membuatnya gamang. Hingga akhirnya ia menemukan warkop.


Sekarang, setelah ia berkeluarga, ia memiliki keinginan yang lain dari keinginan-keinginannya sebelumnya. Ia sekarang ingin membentuk keluarga yang baik, dan bisa melepas anak-anaknya ke masyarakat. Karena hal ini, ia juga mengakui ketakutan terbesarnya, yaitu apakah ia berhasil “mengentaskan” anak-anaknya?


Hal lain yang ia akui di awal wawancara ini ialah bahwa ia mengakui ia tidak memiliki ambisi. Ia juga mengukur segala sesuatu tidak dari puas atau tidaknya ia mencapai sesuatu, akan tetapi, dari cukup atau tidaknya hal yang ia raih. Ia melihat segala sesuatu dari kacamata teori keseimbangan. Pandangan nya tentang berbagai hal juga banyak didasari oleh teori ekonomi ini.


Pembahasan kami berlajut ke warkop. Om Indro bercerita tentang bagaimana warkop bermula, dan bagaimana warkop ditakuti oleh pemerintah. Bagaimana warkop setiap sebelum memulai pertunjukkan di intrograsi oleh intel. Bahwa pada era orde baru, ada 3 seniman yang ditakuti oleh pemerintah saat itu, yaitu W.S.Rendra, Harry Rusli, dan Warkop. Lalu kemudian dia bercerita kepada kami tentang bagaimana warkop mulai terbentuk dari sebuah program radio, bahkan ia bercerita tentang latar belakang kelahiran warkop.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home